Ustaz Jazir, Sang Penggerak Perubahan dari Masjid Jogokariyan

by -9 Views
banner 468x60

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Kabar duka datang dari Yogyakarta. Ustaz Jazir ASP, tokoh penggerak gerakan kemaslahatan masjid, meninggal dunia pada dini hari ini. Ketua Takmir Masjid Jogokariyan Yogyakarta ini berpulang ke rahmatullah saat menjalani perawatan medis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

banner 336x280

“Innalillahi wa inna ilayhi rojiun. Tokoh umat, pelaku sejarah perjuangan, dan inisiator pemakmuran Masjid Jogokariyan, Ustaz Jazir ASP telah dipanggil oleh Yang Maha Mengasihi, Allah SWT, pada hari Senin, 22 Desember 2025 sekitar jam 03.00 di RS PKU Muhammadiyah,” kata Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustaz Syakir Jamaluddin, dalam pesan singkat WhatsApp yang sudah dikonfirmasi Republika dari Jakarta pada Senin (22/12/2025) pagi.



Kepergian Ustaz Jazir meninggalkan duka mendalam, bukan hanya bagi warga Muslimin sekitar Masjid Jogokariyan, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, DIY. Sebab, kiprah dan reputasi almarhum dirasakan oleh banyak masjid di seluruh penjuru Tanah Air.

Dilansir dari pemberitaan Republika pada April 2019, tokoh yang bernama lengkap Muhammad Jazir ini selalu bercita-cita mengembalikan masjid sebagai pusat peradaban umat Islam. Visi ini pun diupayakannya terwujud di Masjid Jogokariyan, dengan dukungan dari kaum Muslimin setempat.

Sejak 1999, Ustaz Jazir memimpin Takmir Masjid Jogokariyan. Sejak mengisi posisi tersebut, ia terus mengupayakan terwujudnya masjid sebagai pusat peradaban.

Ambisinya demi merealisasikan cita-cita ini tak hanya “berhenti” pada Masjid Jogokariyan. Tanpa lelah, Ustaz Jazir menularkan semangat ini ke banyak masjid, banyak komunitas Muslim.

Di antara misinya ialah menjadikan tiap masjid memiliki program-program yang bertujuan menyejahterakan masyarakat sekitar. Tokoh kelahiran Yogyakarta, 28 Oktober 1962 itu percaya, masjid tidak sekadar jadi tempat melaksanakan shalat, tetapi pendorong kemajuan sosial-ekonomi warga.

Sosok yang gemar berpakaian khas nuansa Jawa itu menekankan, “jiwa” masjid adalah umat Islam, bukan fisik bangunan itu. Dan, tiap insan telah dianugerahi akal pikiran serta hati oleh Allah Ta’ala.

“Ada hati yang telah dititipkan Allah SWT untuk bisa merasa,” kata Ustaz Jazir saat diwawancarai Republika pada 2019 silam, dilansir dari Pusat Data Republika.

Profil tokoh

Sejak muda, Ustaz Jazir sudah jatuh cinta pada kegiatan-kegiatan memakmurkan masjid. Alumnus Fakultas Tarbiyah IAIN (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) itu sebelum berkiprah di ketakmiran Masjid Jogokariyan sudah aktif dalam pendidikan.

Pada 1986, ia merintis TK Alquran. Hebatnya, model pengajian anak-anak yang dirancangnya di sana tidak cuma diterapkan di Yogyakarta. Model itu ternyata sukses dikembangkan di Indonesia dan bahkan ke sejumlah negara Asia Tenggara. Presiden RI saat itu, BJ Habibie, sampai-sampai memberikan anugerah Tokoh Perintis Gerakan Alquran Tingkat Nasional kepada dirinya.

Dalam menakhodai Takmir Masjid Jogokariyan, Ustaz Jazir mengungkapkan “resep” kepemimpinan yang dijalankannya. Ia menegaskan, kebersamaan adalah kata kunci yang penting dipegang teguh. “One man show” tidak pernah ada dalam kamus hidupnya.

Kata kunci lainnya adalah kepedulian. Sasarannya ialah masyarakat, khususnya kaum Muslimin, baik yang ada di sekitar masjid maupun dalam artian luas. Dengan demikian, program-program dibuat oleh pihak takmir betul-betul menyasar masyarakat, baik sebagai penerima manfaat maupun mengajak mereka agar beramal kebaikan.

Penerapan dua kata kunci itu berhasil maksimal. Pada 2000-2003, infak per tahun Masjid Jogokariyan rata-rata Rp43 juta. Pada 2019, jumlah perputaran dana amal itu bisa mencapai Rp3,6 miliar per tahun. Pengelolaan zakat juga melonjak dari sekira Rp 4-5 juta, menjadi Rp 1,7 miliar per tahun.

sumber : Pusat Data Republika

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.