Sosok Habib di Balik Penciptaan Lagu Nasional ‘Hari Merdeka’

by -18 Views
banner 468x60

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Di Indonesia, istilah habib (jamak: habaib) biasa merujuk pada orang-orang pria yang adalah keturunan Nabi Muhammad SAW. Kalangan ini tidak hanya berperan dalam kehidupan keagamaan, tetapi juga turut berkontribusi dalam sejarah perjuangan kemerdekaan RI.

banner 336x280

Salah satu tokoh di antaranya adalah Sayyid Muhammad Husein Mutahar. Sang habib, antara lain, pernah mengemban tugas sebagai ajudan presiden pertama RI, Ir Sukarno.



Mengutip Pusat Data Republika, Habib Zen Umar bin Smith menjelaskan bahwa “al-Mutahar” merupakan salah satu cabang keturunan cucu Rasulullah SAW, yakni dari garis nasab Husein bin Ali bin Abi Thalib.

“Betul, al-Mutahar adalah salah satu nama marga dari keturunan Bani Alawi (Alawiyin) yang menurun dari Sayyidina Husein, cucu Rasulullah SAW,” ujar tokoh Rabithah Alawiyah yang wafat pada 2022 itu.

Sayyid M Husein Mutahar dikenang sebagai pejuang kemerdekaan, tokoh kepanduan (Pramuka), sekaligus komponis lagu-lagu nasional. Ia juga berperan penting dalam membentuk Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Tokoh multitalenta ini wafat pada 9 Juni 2004, meninggalkan jejak karya dan pengabdian yang terus dikenang.

Menggubah lagu nasional

Sayyid Muhammad Husein Mutahar tidak hanya dikenal sebagai penggerak Pramuka dan penggagas Paskibraka. Ia juga dikenang sebagai seorang musisi andal dan pencipta lagu-lagu kebangsaan. Beberapa contoh lagu gubahannya yang bertema nasional ialah “Syukur”, “Hari Merdeka”, “Himne Pancasila”, dan “Terima Kasih kepada Pahlawanku.”

Lagu “Syukur” diciptakan Husein Mutahar pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Tanggal lahirnya lagu itu tepat pada 7 September 1944 di Semarang, Jawa Tengah. Lagu yang dinyanyikan dalam tempo perlahan dan suasana khidmat ini merupakan cerminan dari laku keprihatinan. Dengan karyanya itu, ia mengangkat kembali simpati akan nasib dan penderitaan rakyat yang terjajah.

Adapun lagu “Hari Merdeka” diciptakan Mutahar di Yogyakarta pada 17 Agustus 1945. Lagu ini kerap dinyanyikan setiap tanggal dalam peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI. Makna dari lagu ini adalah suatu ungkapan rasa syukur ke hadirat Allah SWT. Dengan berkah dan rahmat-Nya, bangsa Indonesia memperoleh nikmat kemerdekaan.


Advertisement

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.