
Jakarta, CNN Indonesia —
Sejumlah guru Sekolah Rakyat dari beberapa daerah di Sulawesi Selatan (Sulsel) menyatakan mengundurkan diri karena aktivitas belajar-mengajar belum dimulai.
Salah satunya di Kabupaten Wajo, terdapat empat guru yang telah menyampaikan perihal pengunduran dirinya dengan beragam alasan, mulai dari jarak domisili karena berasal dari Pulau Jawa hingga tidak mengantongi izin dari keluarga (orangtua).
“Ada empat orang mengundurkan diri dan satu slot memang belum terisi dari pusat sampai sekarang. Rata-rata jauh domisilinya karena berasal dari Jawa dan mereka belum pernah datang sama sekali,” ungkap Kepala Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) Wajo Asri saat dikonfirmasi Antara dari Makassar, Sulsel, Selasa (5/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Empat guru tersebut merupakan guru mata pelajaran Bimbingan Konseling (BK), Ekonomi, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Pendidikan Agama Islam.
SRT Wajo yang membuka kuota siswa di tingkat SMP dan SMA dijadwalkan baru akan memulai aktivitas sekolah pada 15 Agustus 2025 yang diawali kegiatan MPLS (Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah).
Saat ini sebanyak 15 tenaga pengajar terdiri dari guru dan kepala sekolah telah melakukan persiapan penerimaan siswa baru Sekolah Rakyat Wajo dengan jumlah siswa 50 orang pada masing-masing jenjang.
“Kita sudah bermohon ke Kementerian Sosial (Kemensos) terkait penggantian guru, termasuk menyampaikan data-datanya ke inspektorat. Informasinya ada mekanisme penggantian dan kami masih menunggu,” katanya.
Selain Kabupaten Wajo, pengunduran diri tenaga pengajar juga terjadi di Kabupaten Takalar. Terdapat satu orang guru Sekolah Rakyat di tingkat SMP menyatakan mengundurkan diri sebelum Sekolah Rakyat dibuka secara resmi pada 15 Agustus mendatang.
Guru ini adalah guru agama yang tidak bisa menjalankan tugasnya dengan alasan keluarga, memiliki anak yang masih kecil yang harus diurus.
“Satu orang ini adalah guru agama, jarak tempat tinggalnya dekat dari sekolah tetapi karena alasan keluarga jadi mengundurkan diri. Tapi penggantinya sudah ada,” kata Kepala UPT Pangurangi Takalar Kemensos Cecep Soleman.
Selain di tingkat SMP, lima guru Sekolah Rakyat Takalar pada tingkat SMA juga mengundurkan diri. Mereka terdiri dari guru agama, seni budaya, ekonomi dan dua orang guru teknik komputer.
Domisili para guru yang berasal dari Jawa Timur dan Yogyakarta atau di luar Sulawesi menjadi alasan utama pengunduran diri tersebut.
Hanya saja, kata Cecep, karena proses belajar mengajar belum dilakukan, sehingga pihaknya masih bisa mengkoordinir aktivitas sekolah yang saat ini dalam masa matrikulasi pasca MPLS. Kemensos juga telah menyatakan segera memenuhi kekurangan guru karena proses seleksi masih terus berlanjut hingga 7 Agustus.
“Sementara masih matrikulasi seperti penguatan literasi, pembinaan mental dan masih tes talenta jadi masih bisa diatasi,” ujarnya.
(antara/gil)