
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi tuan rumah UGM Annual Lecture dengan rangkaian Nobel Laureate Series, yang menghadirkan Presiden Republik Demokratik Timor-Leste dan peraih Nobel Perdamaian 1996, José Ramos-Horta, pada Kamis, 31 Juli 2025. Dalam acara yang bertempat di Balai Senat, Ramos-Horta secara khusus memuji program Kuliah Kerja Nyata–Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) UGM dan menekankan pentingnya kerja sama antara Indonesia dan Timor-Leste di masa depan.
Acara bertajuk “Empowering Communities through UGM’s KKN-PPM: Co-learning, Social Entrepreneurship, and Peace in Practice” ini menjadi momen bersejarah bagi UGM.
Rektor UGM, Prof Ova Emilia, menyampaikan rasa terima kasih atas kunjungan Ramos-Horta dan delegasi. Prof Ova menjelaskan bahwa KKN-PPM telah menjadi elemen khas dalam pendidikan di UGM, yang dikenal sebagai “universitas ndeso” atau universitas akar rumput, dengan prinsip panduan “migunani” atau menjadi bermanfaat bagi masyarakat.
“Program ini telah menjadi bukti konklusif bahwa pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dapat beroperasi secara sinergis dan menghasilkan dampak nyata bagi masyarakat,” ujar Prof Ova. Ia menambahkan bahwa program ini mendorong mahasiswa untuk menumbuhkan empati, kesadaran sosial, kolaborasi, dan karakter pribadi di berbagai bidang multidisiplin.
Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kemitraan, Danang Sri Hadmoko, menegaskan bahwa KKN-PPM bukanlah perjalanan satu arah. “Ini adalah platform untuk pertumbuhan timbal balik di mana mahasiswa dan masyarakat menciptakan solusi bersama. Ini mendorong kemitraan antara akademisi, industri, pemerintah, dan masyarakat, memastikan bahwa inovasi dan kebijakan selaras dengan konteks kehidupan nyata,” katanya.
Wakil Menteri Luar Negeri, Arief Havas Oegroseno, menegaskan pentingnya program KKN dan mengusulkan agar program ini dapat direplikasi di Timor-Leste dan negara-negara berkembang lainnya. Ia mengidentifikasi tiga isu utama yang dapat menjadi fokus kerja sama antara kedua negara: pendidikan, pembangunan perdamaian, dan kerja sama ekonomi.
“UGM memiliki ribuan alumni Timor-Leste, dan saya pikir mereka harus menjadi penghubung yang sangat kuat antara Indonesia dan Timor-Leste,” kata Havas.
Ia juga menyoroti pentingnya berbagi sejarah, pembelajaran dari rekonsiliasi, serta kolaborasi dalam kewirausahaan sosial dan inisiatif pembangunan berkelanjutan.
Dalam pidatonya yang menginspirasi, Presiden Ramos-Horta menyatakan bahwa ia telah mengenal inisiatif KKN-PPM UGM dan menganggapnya sangat menginspirasi serta ;ayak mendapat pengakuan dan harus direplikasi secara global, khususnya di Timor-Leste.
Ramos-Horta membagikan refleksinya tentang konsep perdamaian positif yang lebih dari sekadar ketiadaan perang. Perdamaian positif, menurutnya, berpusat pada masyarakat, inklusivitas, dan kebijakan non-diskriminatif. Ia juga menekankan pentingnya menghargai keberagaman, termasuk bahasa dan budaya, yang merupakan ciptaan tuhan.
“Negara-negara harus berpikir bahwa memiliki begitu banyak keragaman adalah berkah Tuhan,” katanya, merujuk pada Indonesia yang diberkati dengan ratusan bahasa dan budaya. Ia juga mendefinisikan kepemimpinan yang menginspirasi sebagai pemimpin yang memiliki empati, ketekunan, integritas, dan kemampuan untuk mengartikulasikan visi yang realistis.
Mengenai hubungan dengan Indonesia, Ramos-Horta memberikan penghormatan mendalam. Ia menyebut bergabungnya Timor-Leste ke ASEAN sebagai tribut bukan hanya untuk Timor-Leste, tapi juga untuk Indonesia, yang menunjukkan keberanian, empati, dan kepemimpinan dalam menerima Timor-Leste yang merdeka.
Prof Todung Mulya Lubis juga memberikan pandangannya, menekankan pentingnya rekonsiliasi. “Apa yang terjadi di masa lalu harus direkonsiliasi oleh kedua negara, baik Indonesia maupun Timor-Leste, tidak akan bisa melupakan masa lalu. Namun, kedua negara harus hidup berdampingan secara damai, bahu membahu, untuk masa depan yang lebih baik bagi negara dan kawasan,” katanya.
Ramos-Horta menyoroti hubungan ekonomi yang kuat antara kedua negara, dengan Indonesia sebagai mitra dagang terbesar Timor-Leste, menyumbang 70 persen dari total perdagangan. Ia juga mengundang investor Indonesia untuk berinvestasi di sektor pariwisata, pertanian, dan perikanan di Timor-Leste.
Dalam bidang pendidikan, ia menyebutkan bahwa lebih dari 200 mahasiswa Timor-Leste sedang menempuh studi di UGM saat ini, dan lebih dari 3.000 alumni telah lulus dari universitas ini selama bertahun-tahun. “UGM menjadi universitas yang istimewa bagi Timor-Leste,” katanya.
Acara diakhiri dengan penyerahan cinderamata dari UGM kepada para narasumber dan sebaliknya. Pertukaran souvenir ini menjadi simbol persahabatan yang erat antara UGM, khususnya, dan Timor-Leste, yang memperkuat semangat kolaborasi yang telah terjalin.