
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Gelaran Jogja Fashion Carnival 2025 yang dihelat bertepatan dengan HUT ke-80 Republik Indonesia di sepanjang kawasan Malioboro, Yogyakarta sukses menyedot perhatian publik. Dari pantauan Republika di lokasi, ribuan masyarakat dan wisatawan berbondong-bondong memadati pedestrian dan sisi jalan demi mendapatkan posisi terbaik untuk melihat parade kostum spektakuler yang diusung dalam tema “Swarna Mahardhika”.
Banyak di antara mereka datang sejak pagi, bahkan dari luar kota, demi menyaksikan langsung suguhan budaya yang sudah dinanti-nanti setiap tahunnya. Tak hanya masyarakat lokal, pelancong mancanegara pun terlihat antusias. Mereka tak henti mengabadikan momen lewat kamera dan ponsel, seolah enggan melewatkan setiap detil parade busana yang memukau.
“Keren banget acaranya, terus sangat nasionalisme, banyak juga pengisi dari negara-negara lain seperti Filipina Zimbabwe dan lainnya. Turis turis juga pada menikmati gelaran ini,” kata Risky, wisatawan asal Jakarta saat diwawancarai Republika di sela-sela acara, Ahad (17/8/2025).
Wisatawan lainnya, Dwi juga menyampaikan hal senada. Ia cukup takjub saat menyaksikan penampilan dari berbagai negara yang ikut andil memeriahkan gelaran di momen HUT Kemerdekaan RI tersebut.
Keren, kreatif semua apalagi tadi ada dari berbagai negara yang ikut meramaikan. Kostumnya bagus-bagus.,” ucapnya.
Jogja Fashion Carnival, Ruang Ekspresi Budaya
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Pariwisata DIY, Imam Pratanadi menyampaikan Jogja Fashion Carnival menjadi ajang ekspresi budaya yang dikemas dalam pawai kostum kreatif dari berbagai daerah, termasuk peserta dari luar negeri.
Ia menjelaskan parade tahun ini melibatkan 450 peserta, yang berasal dari Jakarta, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, hingga negara-negara seperti Polandia, Malaysia, Filipina, dan Zimbabwe, hasil kolaborasi dengan Yogyakarta International Dance Carnival. Acara ini, menurutnya menjadi salah satu agenda budaya yang ditunggu-tunggu, karena memadukan nuansa kemerdekaan dengan kreativitas seni busana.
“Ini menjadi panggung terbuka bagi para pelaku seni, designer, komunitas dan generasi muda untuk mengekspresikan ide, identitas dan kreativitas mereka kepada publik,” kata Imam.
Tema Swarna Mahardhika yang diangkat tahun ini merefleksikan semangat bangsa yang tidak hanya bebas tetapi juga bersinar pada jati diri dan kebudayaan luhur. Imam menyebut, para peserta mengenakan kostum dengan dominasi lurik khas DIY yang dipadukan elemen perjuangan kemerdekaan. Tiga subtema utama turut memperkaya makna visual karnaval antara lain Kirana Dirgantara, Citra Buana, dan Tirta Mahadiva.
Penampilan dari 23 kelompok ini diyakini tak hanya menarik secara estetika, tapi juga menyampaikan pesan kebangsaan yang kuat. “Tema ini jadi panggilan untuk mengekspresikan kemerdekaan melalui kemegahan karya, gemilau kreativitas dan harmoni antara tradisi dan masa depan,” ucapnya.
Sementara itu, Pelaksana tugas Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Setda DIY, Aris Eko Nugroho, mengapresiasi gelaran Jogja Fashion Carnival yang kembali digelar di jantung Kota Yogyakarta.
Ia mengatakan Jogja Fashion Carnival tak hanya menghadirkan tontonan, tetapi juga memperkuat posisi Yogyakarta sebagai kota yang hidup oleh budaya sekaligus mengajak setiap mata untuk menyaksikan kemerdekaan dalam balutan kreativitas dan keberagaman fashion.
“Yogyakarta kembali menegaskan diri sebagai ruang perjumpaan ide dan estetika di bawah tema Swarna Mahardika, kita merayakan kejayaan yang mulia yang berakar pada martabat, kebebasan berekspresi dan tanggungjawab budaya,” ungkapnya.