
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertema ‘Implementasi Teknologi Iradiasi Pangan untuk Menekan Food Loss Produk Pertanian Ekspor: Peluang dan Tantangan’ di Yogyakarta, Senin (13/10/2025).
Kegiatan ini menjadi bagian dari proyek perubahan Kepala ORTN BRIN yang mengusung topik “Optimalisasi Teknologi Iradiasi Nuklir melalui Platform Kolaborasi Riset–Industri Iradiasi Pangan Nasional.” FGD dihadiri oleh akademisi, pelaku industri, dan regulator untuk membahas langkah strategis percepatan pemanfaatan teknologi iradiasi dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
Dalam sambutan pembuka, Kepala Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi, Prof Irawan Sugoro, mewakili Kepala ORTN BRIN Dr Syaiful Bakhri, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan wujud komitmen BRIN dalam memperkuat ekosistem riset dan inovasi kolaboratif, khususnya di bidang teknologi nuklir untuk industri pangan.
“Teknologi nuklir sering kali dipersepsikan negatif, padahal manfaatnya sangat luas, mulai dari kesehatan, pertanian, hingga pangan. Iradiasi pangan telah terbukti aman dan efektif dalam menjaga mutu serta memperpanjang masa simpan produk,” ujar Prof. Irawan dalam sambutan yang dibacakan di hadapan peserta FGD.
Dalam kegiatan ini, BRIN memperkenalkan inisiatif Platform Kolaborasi Riset-Industri Iradiasi Pangan Nasional, yang akan menjadi wadah sinergi lintas lembaga riset, universitas, industri, dan regulator. Platform tersebut diharapkan mampu mempercepat adopsi teknologi iradiasi dalam rantai pasok pangan nasional.
Sebagai bagian dari kegiatan, dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara BRIN dan sejumlah mitra strategis, antara lain: Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan CV. Mitra Turindo.
Usai penandatanganan PKS, kegiatan dilanjutkan dengan Soft Launching Platform Kolaborasi Riset Industri Iradiasi Pangan oleh Kepala ORTN BRIN yang diwakili oleh Kepala PRTPR, Prof Irawan Sugoro didampingi oleh sejumlah kepala pusat riset dan mitra akademik.
FGD terbagi dalam dua sesi utama. Sesi pertama menampilkan narasumber: Dr Murni Indarwatmi (BRIN), Aprida Cristin (Barantin), dan Dr. Pandu Laksono (BRIN). Sesi kedua menghadirkan Dr. Dina Martha Susilawati Situmorang (Kementerian Pertanian RI), Dr Suputa (UGM), dan Dony Kurniaji (PT Sterina).
Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari Dinas Kesehatan Provinsi DIY. Dalam surat dukungannya, Dinkes menegaskan pentingnya sinergi riset, industri, dan pemerintah daerah dalam pengembangan teknologi iradiasi pangan yang aman dan berdaya guna.
Teknologi iradiasi pangan merupakan proses penyinaran bahan pangan menggunakan radiasi pengion seperti sinar gamma, elektron, atau sinar X untuk menonaktifkan mikroba dan hama tanpa menjadikan produk bersifat radioaktif. Proses ini bersifat non-termal, sehingga kualitas, rasa, dan kandungan gizi pangan tetap terjaga.
Berbeda dengan metode pengawetan berbasis bahan kimia atau panas, iradiasi bekerja dengan memutus DNA mikroorganisme dan serangga hama pada tingkat seluler. Teknologi ini telah diakui secara internasional oleh World Health Organization (WHO), Food and Agriculture Organization (FAO), dan International Atomic Energy Agency (IAEA) sebagai cara yang aman, efektif, dan ramah lingkungan untuk menjaga mutu dan memperpanjang masa simpan pangan.
Riset ini juga menunjukkan bahwa iradiasi dapat memperpanjang masa simpan buah, menjaga kesegaran selama pengiriman, serta menurunkan potensi penolakan ekspor (rejection loss) secara signifikan. Teknologi ini menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan fumigasi konvensional yang menggunakan bahan kimia berbahaya seperti metil bromida.
“Iradiasi pangan terbukti efektif, aman, dan aplikatif. Melalui kolaborasi lintas sektor, teknologi ini menjadi solusi strategis untuk memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan daya saing ekspor Indonesia,” ujar Dr Murni Indarwatmi, peneliti BRIN sekaligus narasumber FGD.
Kegiatan ditutup dengan harapan bahwa hasil FGD dapat menjadi pijakan strategis bagi percepatan implementasi teknologi nuklir untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.