Branding dan Teknologi, Kunci Modernisasi Pengrajin Perak Kotagede

by -10 Views
banner 468x60

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Kotagede dikenal luas sebagai jantung kerajinan perak di Indonesia. Di balik gemerlap kilaunya, tersimpan sejarah panjang, keterampilan tangan para pengrajin, dan nilai budaya Jawa yang luhur. Namun, di era serba digital seperti sekarang, para pengrajin perak Kotagede menghadapi tantangan baru: bagaimana menjaga warisan tradisional sambil beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan pasar modern.

banner 336x280

Melalui program pengabdian masyarakat skema PM-UPUD, Universitas Amikom Yogyakarta bekerja sama dengan Universitas Teknologi Yogyakarta yang didanai oleh KEMDIKTISAINTEK, melakukan pendampingan dan penyediaan teknologi kepada mitra UMKM kerajinan perak Kotagede. Tim pelaksana pengabdian masyarakat terdiri dari Rizqi Sukma Kharisma, Raditya Wardhana, dan Riski Damastuti dari Universitas Amikom Yogyakarta. Sedangkan dari Universitas Teknologi Yogyakarta sebagai pelaksana pengabdian masyarakat adalah Popi Andiyansari. Terdapat dua mitra yang didampingi yaitu “ER Prapen” Jewelry Workshop dan Haseena Jewelry.



Salah satu langkah strategis yang kini mulai diterapkan adalah penguatan branding dan penerapan teknologi digital dalam pengelolaan usaha pada mitra. Kedua aspek ini terbukti mampu memperkuat daya saing mitra, meningkatkan efisiensi bisnis, dan memperluas jangkauan pasar ke ranah nasional hingga global.

Dalam pelatihan yang dilaksanakan oleh tim pengabdian masyarakat, mitra dijelaskan bagaimana strategi branding dapat diterapkan. Branding bukan sekadar tentang logo atau desain kemasan, tetapi merupakan upaya membangun identitas merek yang mencerminkan karakter dan nilai produk. Bagi pengrajin perak Kotagede, brand identity dapat diwujudkan melalui dua aspek utama: visual idea dan verbal idea.

Aspek visual meliputi logo, warna, dan tipografi yang konsisten menggambarkan karakter lokal Kotagede. Sementara aspek verbal mencakup narasi, nama merek, serta gaya komunikasi yang menonjolkan keunikan dan nilai budaya. Jika keduanya selaras, maka identitas merek akan tampil kuat, mudah dikenali, dan memiliki daya tarik emosional bagi konsumen.

Pendekatan brand storytelling juga menjadi elemen penting. Melalui cerita tentang asal-usul perak Kotagede, proses pembuatan yang masih mengandalkan keahlian tangan, hingga filosofi budaya Jawa di balik setiap desain, pengrajin dapat menghadirkan produk yang bukan sekadar perhiasan, tetapi juga simbol warisan budaya dan kebanggaan lokal.

Di sisi yang lain, tim pengabdian masyarakat juga menyediakan sistem infromasi kasir terintegrasi. Tim pengabdian masyarakat tidak hanya menyediakan sistem infromasi kasir terintegrasi saja, namun juga mengadakan pelatihan dan pendampingan penggunaan sistem tersebut kepada mitra. Seiring dengan perkembangan teknologi, penerapan sistem infromasi kasir terintegrasi menjadi inovasi penting bagi para pelaku mitra di Kotagede. Sistem ini membantu mencatat transaksi secara otomatis, memantau proses produksi barang, dan menyusun laporan penjualan dengan lebih cepat dan akurat.

Selain meningkatkan efisiensi, penggunaan kasir online juga mempermudah pengrajin dalam mengelola penjualan daring melalui marketplace dan media sosial. Dengan data penjualan yang terekam rapi, mitra dapat menganalisis tren pasar dan menyesuaikan strategi pemasaran sesuai kebutuhan konsumen.

Terdapat pula fitur pengecekan garansi secara online dengan QR-Code. Sehingga mitra dan pelanggan dapat memantau dan mengajukan kalim garansi dengan terbuka. Pelanggan akan menjadi lebih yakin dan aman dengan secara mandiri dapat memantau klaim garansi yang ada melalui sistem online.

Lebih jauh, penerapan teknologi ini mendukung penguatan branding. Data penjualan dapat digunakan untuk memahami produk mana yang paling diminati, sehingga strategi promosi dan narasi merek dapat lebih terarah. Citra pengrajin pun meningkat dari sekadar produsen tradisional menjadi pelaku kreatif yang mampu beradaptasi dengan dunia digital.

Branding dan teknologi sejatinya bukan dua hal yang bertolak belakang, melainkan saling melengkapi. Branding menjaga nilai budaya dan keaslian produk, sementara teknologi membantu mempercepat proses bisnis dan memperluas jangkauan pasar. Dengan sinergi keduanya, pengrajin perak Kotagede dapat terus tumbuh tanpa kehilangan jati diri.

Kegiatan pelatihan branding dan penerapan sistem informasi kasir terintegrasi yang telah dilaksanakan pada mitra menjadi salah satu bentuk nyata pendampingan bagi UMKM lokal. Melalui kegiatan ini, para pengrajin tidak hanya memahami pentingnya identitas merek, tetapi juga memperoleh keterampilan praktis dalam mengelola bisnis secara digital.

Kegiatan pengabdian ini terlaksana berkat dukungan dan pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (KEMDIKTISAINTEK) melalui Program Hibah Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2025 dengan skema PM-UPUD.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Amikom Yogyakarta, serta seluruh tim pelaksana yang telah bekerja keras dan berkolaborasi dalam mendukung keberhasilan kegiatan ini.

Melalui sinergi antara dunia pendidikan, pemerintah, dan pelaku UMKM, diharapkan kerajinan perak Kotagede tidak hanya menjadi kebanggaan lokal, tetapi juga ikon budaya yang mampu bersinar di panggung global — memadukan tradisi, kreativitas, dan inovasi teknologi dalam satu kesatuan yang berkelanjutan. (Sukma/Kiki)

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.